Ibu

                        


  
 Dari segumpal darah aku di rahim mu
kau rawat serta jaga diriku dalam badan mu 
 selama 9 bulan kau jaga diriku

Kau bertahan demi hadirnya diriku
Berdoa selamat itulah keinginanmu
kau selalu jaga diriku sebisa yang kau mampu

kau melahirkanku dengan derita
nyawamupun kau pertaruhkan
demi diriku yang lemah tak berdaya

hanya menangis yang dapat ku berikan
saat pertama kali aku melihat dunia
kau tersenyum menyambut ku 


ibu......
Begitu indah kasih yang kau beri
Begitu tulus cinta yang kau beri
Begitu lembut sayang yang kau beri


kau rawat diriku hingga sebersar ini
dengan penuh kasih dan sayang mu
Kasihmu takkan pernah terganti

Aku menyayangimu dengan setulus hati
Cinta ini selamanya akan abadi
walau sampai akhir hayat

dikala aku sedih kau selalu menghibur ku
 semoga tuhan membalas semua jasa mu
aku sayang pedamu IBU.....

  
               
sekian puisi dari saya. puisi ini pas untuk HARI Ibu atau ULANG TAHUN Ibu mu

sesungguhnya kasih sayang yang tanpa mengharapkan balasan dan tidak akan terbalas adalah kasih sayang seorang ibu.jadi hendaklah engkau berbakti kepadanya, karna sesungguhnya surga itu ada di telapak kakinya
                               ridho ibu adlah ridho allah
                               murka ibu adalah murka allah
 jere sih hahaha.
menurutmu bagai mama?..

 

semar mbanggun kayangan


Alkisah dinegara Amarta Prabu Yudistira ya Prabu Puntadewa,bersama saudara saudaranya sedang membahas sebab kegagalannya dalam membangun negaranya yang selalu longsor dan ditimpa bencana,tiba tiba datanglah Radja Dwarawati yaitu Betara Kresna yang menanyakan ketidak hadiran Semar dalam keraton Amarta dan menyatakan bahwa itulah yang menjadi sebab kegagalan tersebut. Untuk itu diperintahkanlah Arjuna untuk memanggil Semar dari Karangkabujutan untuk menghadap ke Amarta.

Namun belum sempat Arjuna berdiri datanglah Petruk menghadap dalam pertemuan tersebut yang memberitahukan bahwa dia diperintahkan Semar untuk mengundang kelima Pendawa untuk menuju Karangkabuyutan dengan membawa tiga pusaka kerajaan untuk membantu Semar membangun kahyangan.
Mendengar hal ini Kresna melarang Para Pandawa untuk berangkat ke Karang kabuyutan,sehingga terjadilah perdebatan dengan Petruk yang hanya sebagai pembawa perintah menolak untuk kembali ke Karangkabuyutan oleh Kresna,dia hanya mau kembali apabila mendapat titah dari Pandawa sehingga Keluar kata kata yang tidak etis oleh Kresna.Akhirnya Petruk disuruh menunggu diluar paseban guna menanti keputusan rapat para Pandawa.
Diluar Paseban Petruk bertemu dengan Antasena putra Bima yang ketiga,dan menceritakan seluruh kejadian dalam paseban tadi,Antasena yang bijaksana berjanji akan membantu Petruk dalam menghadapi tindakan Kresna.
Kresna yang mendengar kalau Semar akan membangun kahyangan mengajak Arjuna ke Suralaya untuk melapor kepada Betara Guru namun juga memerintahkan Gatotkaca,Antareja dan Setyaki untuk mengusir Petruk kembali ke Karang Kabuyutan
Adapun Prabu Yudistira bersama Bima Nakula dan Sadewa,merasa bimbang tidak mengabulkan permintaan Semar segera menuju Keetempat Pusaka Kraton atas usul dari Sadewa untuk mencari petunjuk.Mendadak ketiga Pusaka Kraton Amarta melesat hilang menuju Karangkabuyutan.
Melihat kejadian tersebut Keempat saudara ini segera menyadari dan secara diam diam berangkat ke Karangkabuyutan lewat pintu belakang istana. Adapun Setyaki,Antareja dan Gatotkaca yang diperintahkan Kresna mengusir Petruk ternyata tidak mampu menghadapi Petruk yang telah bersatu dengan Antasena didalam tubuhnya,baru ketika menerima titah dari Arjuna Petruk mau mematuhinya pulang terbang ke Karangkabuyutan dibantu Antasena.bersama Gatotkaca,Antareja dan Abimanyu
Setiba di Suralaya Kresna menghadap Betara Guru melaporkan rencana Semar membangun Kahyangan menyaingi Suralaya,mendengar laporan ini Betara Guru memerintahkan Betari Durga dan Betara Kresna untuk menghalangi rencana Semar tersebut.
Di Karangkabuyutan Semar menerima kedatangan Prabu Yudistira,Bima Nakula dan Sadewa bersama ketiga Pusaka Kraton Amarta yang telah tiba terlebih dahulu bersama Petruk dan putra putra Pandawa.Semar agak kecewa karena kedatangan Pandawa hanya Empat orang namun segera melakukan upacara ritual dengan memasukkan keempat bersaudara tersebut menjadi satu kedalam tubuh Semar.
Ternyata didalam tubuh Semar tersebut bersemayam Sanghyang Wenang yang memberikan petunjuk wejangan hidup dan ilmu yang sangat berarti bagi para Pandawa,dan memerintahkan untuk bertapa selama sepuluh hari kepada keempat saudara tersebut.
Adapun Putra Pandawa bersama Petruk dan Bagong dan Gareng yang menjaga,diganggu makhluk halus Maling sukma menjadi saling bunuh,namun segera diatasi oleh Semar dan diberikan mantra untuk menghadapi segala kejahatan yang datang.
Kresna yang menyamar menjadi Raksasa sebesar bukit ternyata tidak mampu menghadapi mantra tersebut demikian pula Arjuna yang menyamar menjadi harimau yang sangat besar menjadi lemas dan tertangkap oleh para Putra Pandawa serta meminta ampun kepada Semar,
Kresnapun mendapat marah dari Semar karena sebagai raja tidak waspada dan melakukan tindakan tanpa memeriksa terlebih dahulu duduk perkaranya.
Bahkan Semar marah kepada Betara Guru sehingga berangkat ke Suralaya,serta mengobrak abrik Suralaya tidak ada satupun senjata yang mampu melumpuhkan Semar sehingga Betara Guru melarikan diri ke Karangkabuyutan,namun kemarahan Semar tidak dapat dihindari dimanapun Batara Guru bersembunyi selalu ditemukan oleh Semar,hingga Betara Guru meminta Perlindungan para Pandawa dan meminta ampun kepada Semar atas segala kesalahannya.
Setelah kemarahan Semar mereda dan mengampuni Betara Guru maka kembalilah Betara Guru ke Suralaya


 
sumber : wayang.blogspot.com

werkudara [bima]


          



 Bima atau Bimasena dalam bahasa sansekerta artinya kurang lebih “mengerikan”, dia adalah saudara kedua dari para Pandawa, dan juga menjadi salash satu tokoh utama dalam cerita Mahabarata. Bima adalah putra kedua dari Dewi Kunti dan Pandu.Ia dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat kasar dan menakutkan musuh, namun sebenarnya dia memiliki hati yang lembut. Bima memiliki sifat yang baik juga, dia setia pada satu sikap,Bima tidak suka berbasa-basi dan tidak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.


Bima juga memiliki nama lain Werkudara, dalam bahasa Sansekerta diejavr(ri)kodara, berarti “perut serigala”, hal ini merujuk pada kegemarannya makan. Bima juga memiliki julukan Bhimasena yang berarti panglima perang.

Kelahiran dan Masa Muda



Dalam Wiracarita Mahabarata bagian pertama atau Adiparwa, dikisahkan bahwa Pandu mendapat kutukan dari Resi Kindama. Resi Kindama mengutuk Pandu, bahwa ia akan mati ketika mengawini istrinya, karena pada saat itu, tanpa sengaja Pandu membunuh Resi Kindama saat ia bersenggama dengan istrinya dalam wujud sepasang rusa. Oleh karenanya untuk mendapat keturunan, Kunti istri pandu yang menguasai mantraAdityahredaya, berseru pada Bayu, dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh kasih sayang.

Sejak kecil kekuatan Bima tidak ada tandingannya. Dengan kekuatannya itu, dia sering menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Karena kejahilan Bima, salah satu Korawa yaitu Duryodana menjadi sangat benci dengan Bima, bahkan  dia memiliki niat untuk membunuh Bima.

Hingga pada suatu hari, ketika para Korawa dan Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai Gangga,Duryudana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima yang sebelumnya sudah dicampur racun. Karena Bima memiliki sifat yang tidak suka mencurigai orang, ia langsung saja memakan makanan yang diberikan oleh Duryodana. sesaat setelah memakan makanan itu, Bima pingsan, tubuhnya kemudian diikat kuat-kuat dengan menggunakan tanaman menjalar ,kemudian dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit oleh Duryodana. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai mematuk badan Bima. Tapi justru patukan ular-ular itu menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Setelah sadar, Bima langsung melepaskan ikatannya, kemudian membunuh ular-ular yang mematuknya. Beberapa ular menyelamatkan diri dan menghadap kepada Rajanya, yaitu Antaboga.

Mendengar berita yang disampaikan oleh anak buahnya, bahwa putera Pandu yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberi minuman ilahi. Bima meminum beberapa mangkuk dan tubuhnya menjadi kuat. Bima tinggal di Istana Naga Basuki selama delapan hari. Duryudana sangat kesal melihat orang yang sangat dibencinya pulang dalam keadaan masih hidup.

Seperti Pandawa yang lain, Yudistira belajar ilmu agama, hukum, dan tata Negara kepada Resi Krepa bersama-sama dengan saudara-saudara sepupu mereka yaitu Korawa. Dan setelah itu mereka belajar ilmu perang kepada Drona. Bima dalam hal ini lebih memusatkan untuk menguasai ilmu menggunakan Gada seperti Duryodana. Bima dan Duryodana mejadi muridBaladewa,yaitu saudara Kresna yang sangat mahir dalam menggunakan senjata gada.




sumber : dalang666.blogspot.com

punokawan


     

Punakawan adalah para pembantu dan pengasuh setia Pandawa. Dalam wayang kulit, punakawan ini paling sering muncul dalam goro-goro, yaitu babak pertujukan yang seringkali berisi lelucon maupun wejangan.
Mereka melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk. Dalam
 wayang Bali karakter punakawan terdiri atas Malen dan Merdah (abdi dari Pandawa) dan Delem dan Sangut (abdi dari Kurawa).

Punokawan terdiri dari 4 tokoh wayang diantaranya : Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaituGarengPetruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.

Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah CepotDawala, danGareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.

Mengenal tokoh Semar.
Semar yang sering disebut juga Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh punokawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda.Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Semar adalah pengasuh dari Pendawa. Alkisah, ia juga bernama Hyang Ismaya. Mekipun ia berwujud manusia jelek, ia memiliki kesaktian yang sangat tinggi bahkan melebihi para dewa.
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.
Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisahMahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayangyang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.
Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa.
Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yeng bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.Dalam naskah Paramayogadikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernamaResi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.
Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadiTogog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar.

Gareng
 nama lengkap dari Gareng sebenarnya adalah Nala Gareng, hanya saja kita sekarang lebih akrab dengan sebutan “Gareng”. Gareng adalah anak Semar yang berarti pujaan atau didapatkan dengan memuja. Nalagareng adalah seorang yang tak pandai bicara, apa yang dikatakannya kadang- kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan menggelikan. Ia pernah menjadi raja di Paranggumiwang dan bernama Pandubergola. Ia diangkat sebagi raja atas nama Dewi Sumbadra. Ia sangat sakti dan hanya bisa dikalahkan oleh Petruk.
Gareng adalah punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.
Dalam suatu carangan Gareng pernah menjadi raja diParanggumiwayang dengan gelar Pandu Pragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan PrabuWelgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu Petruk.
Dulunya, Gareng berujud satria tampan bernama Bambang Sukodadi dari pedepokan Bluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia berjumpa dengan satria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara Ismaya (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah pamong para satria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua satria yang baru saja berkelahi itu.
Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua satria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah Karang Kadempel, titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua satria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur (Pandawa), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari Semar.

    Petruk
petruk yang bermuka manis dengan senyuman yang menarik hati, pandai berbicara, dan juga sangat lucu. Ia suka menyindir ketidakbenaran dengan lawakan-lawakannya. Petruk pernah menjadi raja di negeri Ngrancang Kencana dan bernama Helgeduelbek. Dikisahkan ia melarikan ajimat Kalimasada. Tak ada yang dapat mengalahkannya selain Gareng.
Menurut pedalangan, ia adalah anak pendeta raksasa di pertapaan dan bertempat di dalam laut bernama Begawan Salantara. Sebelumnya ia bernama Bambang Pecruk Panyukilan. Ia gemar bersenda gurau, baik dengan ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelahi. Ia seorang yang pilih tanding/sakti di tempat kediamannya dan daerah sekitarnya. Oleh karena itu ia ingin berkelana guna menguji kekuatan dan kesaktiannya.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi dari pertapaan Bluluktiba yang pergi dari padepokannya di atas bukit, untuk mencoba kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang tanding. Mereka berkelahi sangat lama, saling menghantam, bergumul, tarik-menarik, tendang-menendang, injak-menginjak, hingga tubuhnya menjadi cacat dan berubah sama sekali dari wujud aslinya yang tampan. Perkelahian ini kemudian dipisahkan oleh Smarasanta (Semar) dan Bagong yang mengiringi Batara Ismaya. Mereka diberi petuah dan nasihat sehingga akhirnya keduanya menyerahkan diri dan berguru kepada Smara/Semar dan mengabdi kepada Sanghyang Ismaya. Demikianlah peristiwa tersebut diceritakan dalam lakon Batara Ismaya Krama. Karena perubahan wujud tersebut masing-masing kemudian berganti nama. Bambang Pecruk Panyukilan menjadi Petruk, sedangkan Bambang Sukodadi menjadi Gareng.
Petruk dan panakawan yang lain (SemarGareng dan Bagong) selalu hidup di dalam suasana kerukunan sebagai satu keluarga. Bila tidak ada kepentingan yang istimewa, mereka tidak pernah berpisah satu sama lain. Mengenai Punakawan, punakawan berarti ”kawan yang menyaksikan” atau pengiring. Saksi dianggap sah, apabila terdiri dari dua orang, yang terbaik apabila saksi tersebut terdiri dari orang-orang yang bukan sekeluarga. Sebagai saksi seseorang harus dekat dan mengetahui sesuatu yang harus disaksikannya. Di dalam pedalangan, saksi atau punakawan itu memang hanya terdiri dari dua orang, yaitu Semar dan Bagong bagi trah Witaradya.
Sebelum Sanghyang Ismaya menjelma dalam diri cucunya yang bernama Smarasanta (Semar), kecuali Semar dengan Bagong yang tercipta dari bayangannya, mereka kemudian mendapatkan Gareng/Bambang Sukodadi dan Petruk/Bambang Panyukilan. Setelah Batara Ismaya menjelma kepada Janggan Smarasanta (menjadi Semar), maka Gareng dan Petruk tetap menggabungkan diri kepada Semar dan Bagong. Disinilah saat mulai adanya punakawan yang terdiri dari empat orang dan kemudian mendapat sebutan dengan nana ”parepat/prapat”.

     Bagong
 bagong sering disebut juga Ki Lurah Bagong adalah nama salah satu tokoh punakawan dalam kisah pewayangan yang berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tokoh ini dikisahkan sebagai anak bungsu Semar. Dalam pewayangan Sunda juga terdapat tokoh panakawan yang identik dengan Bagong, yaitu Cepot atauAstrajingga. Namun bedanya, menurut versi ini, Cepot adalah anak tertua Semar. Dalam wayang banyumasan Bagong lebih dikenal dengan sebutan Bawor. Sebagai seorang panakawan yang sifatnya menghibur penonton wayang, tokoh Bagong pun dilukiskan dengan ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan terkesanmemble. Dalam figur wayang kulit, Bagong membawa senjata kudi. Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri. Dibandingkan dengan ketiga panakawan lainnya, yaitu SemarGareng, danPetruk, maka Bagong adalah sosok yang paling lugu dan kurang mengerti tata krama. Meskipun demikian majikannya tetap bisa memaklumi.
Beberapa versi menyebutkan bahwa, sesungguhnya Bagong bukan anak kandung Semar. Dikisahkan Semar merupakan penjelmaan seorang dewa bernama Batara Ismaya yang diturunkan ke dunia bersama kakaknya, yaitu Togog atau Batara Antaga untuk mengasuh keturunan adik mereka, yaitu Batara Guru.
Togog dan Semar sama-sama mengajukan permohonan kepada ayah mereka, yaitu Sanghyang Tunggal, supaya masing-masing diberi teman. Sanghyang Tunggal ganti mengajukan pertanyaan berbunyi, siapa kawan sejati manusia. Togog menjawab "hasrat", sedangkan Semar menjawab "bayangan". Dari jawaban tersebut, Sanghyang Tunggal pun mencipta hasrat Togog menjadi manusia kerdil bernama Bilung, sedangkan bayangan Semar dicipta menjadi manusia bertubuh bulat, bernama Bagong.
Versi lain menyebutkan, Semar adalah cucu Batara Ismaya. Semar mengabdi kepada seorang pertapa bernama Resi Manumanasa yang kelak menjadi leluhur para Pandawa.
 

 sumber : kulitkreasi.blogspot.com